pada minggu kelima ini saya belajar mengenai manajemen
resiko yakni bagaimana sebuah usaha yang dibangun pasti memiliki resiko dan
bagaimana kita dapat mengelola resiko tersebut hingga seminim mungkin. Yang sudah dijelaskan ada 6 jenis resiko
yaitu:
- Resiko murni adalah suatu resiko dimana kemungkinan kerugian itu pasti ada.
- Resiko spekulatif adalah kemungkinan terjadi kerugian tetapi dibalik resiko kerugiannya tersebut, ada tersembunyi keuntungan.
- Resiko statis adalah resiko yang muncul dari kondisi keseimbangan tertentu.
- resiko dinamis adalah Resiko yang muncul dari perubahan kondisi tertentu.
- Resiko yang didasarkan pada observasi yang objektif. Resiko ini muncul, resiko ini Anda nilai berdasarkan penilaian kita yang objektif dengan, penelitian dengan observasi, dengan observasi yang lengkap.
- Resiko subjektif adalah resiko yang kita kenali itu berdasarkan penilaian yang subjekitf yang artinya kita tidak melakukan penelitian, tidak melakukan observasi, tapi kita juga mempertimbangkan bahwa suatu kejadian adalah resiko berdasarkan penilaian kita semata.
Seperti kata pak ci “Entrepreneur adalah calculated risk taker”. Dan
untuk mengelola sebuah resiko terdiri dari 3 tahap yakni mengidentifikasikan
resikp, Kedua, setelah resiko teridentifikasi, kita harus mampu mengevaluasi
dan mengukur resiko tersebut Dan kemudian yang terakhir adalah mengelola resiko
tersebut.
Saya pernah mempunyai bisnis online yang menjual binder
tetapi sampai sekarang usaha bisnis online saya itu lagi vakum karena ingin
mengganti produk yang ditawarkan . Jika saya kaji lagi dengan materi minggu
ini, jelas sekali saya tidak memperhitungkan resiko terhadap bisnis online saya
pada waktu itu.
Saya menjual binder, yang bindernya atau sumber produsen
ada di depok. Cukup banyak konsumen yang tertarik pada desain-desain binder
yang saya tawarkan, untuk membeli binder tersebut saya harus ke depok dahulu
untuk membelinya. Saya bisa ke depok hanya seminggu sekali karena aktivitas
perkuliahan sehingga kadang kala saya menitip pada teman saya yang nge kost di
daerah depok karena kuliah disana. Tetapi teman saya juga hanya pulang
seminggu-sekali sehingga untuk bisa mendapatkan binder konsumen harus menunggu
1 minggu- itupun jika desain yg dipesan ada, karena desain binder sendiri juga
tidak pasti dari produsen. Jika tidak ada maka konsumen harus menunggu 1 minggu
lagi.
Akibatnya jika kelamaan menunggu konsumen tidak jadi
membeli padahal bindernya sudah dibeli, yang mengakibatkan saya harus stock
binder tersebut.
Dari pembelajaran kali ini saya menjadi lebih tau
bagaimana mengelola sebuah resiko dalam bisnis. Semoga dapat lebih baik
kedepannya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar