Senin, 13 Oktober 2014

Menunggu Layang-Layang




  • Starla :Suatu saat nanti, aku akan punya rumah sendiri, di atas gunung. Aku akan punya suami yang baik dan setia. Kami punya dua orang anak yang lucu-lucu. Satu laki-laki, satu perempuan. 
  • Che :Ternyata, di balik kecanggihanmu, mimpimu superstandar. Tampilannya aja milenium, isinya Maemunah.
  • Starla :Masih lebih bagus daripada manusia nggak punya mimpi kayak kamu.
  • Che :Aku punya mimpi! Aku bakal jadi arsitek spesialis gedung pencakar langit nomor satu di negeri ini. Nanti rumahku berhalaman luas, di pinggir Jakarta, dan ... ada seorang istri cantik yang jago masak. Anak laki-laki kami cerdas, jago main game. Istriku bawa sepiring kue buatan sendiri yang masih panas, memanggil-manggil aku dan anakku yang keasyikan main game..
  • Starla :Tampilan Superman, isinya Suparman.
  • Che :Setidaknya aku bisa menghargai perasaan orang.
  • Starla :Kamu pikir aku nggak bisa?
  • Che :Gini analoginya. Aku suka lukisan. Tapi untuk punya satu, aku bakal berkunjung ke puluhan galeri dulu, baru menentukan pilihan. Nah, kamu itu kolektor. Kamu boyong apa saja yang kira-kira bagus, tapi bukan untuk dimiliki. Kamu jual lagi barang-barang berharga itu kayak dagang sembako.
  • Starla :Kamu ngomong apa sih sebenarnya?
  • Che :Aku lagi bicara soal Rako, lalu si produser rekaman, si gitaris, kontraktor, foto model, aktor sinetron, atlet basket, dosen, pengacara, pengusaha restoran, sampai gay yang mau jadi straight demi kamu. Mereka bertekuk lutut demi kamu bawa pulang. Tapi semuanya lewat gitu aja barang dagangan. Kamu nggak mau memiliki dan dimiliki siapa pun. Tapi kenapa terus-terusan mencari dan menyakiti orang?
  • Starla :Aku juga bingung apa yang sebenarnya kucari. Yang jelas aku nggak bisa kayak kamu . Bertahan dalam kesepian.
  • Che :Kesepian? Hei...
  • Starla :Selama ini kamu pikir apa artinya hidup kamu yang konstan kayak mesin pabrik? Lagu-lagu pembangkit mood yang kamu racik kayak apoteker bikin obat? Kamu kesepian.
  • Starla :HIdup kayak robot adalah satu-satunya cara yang kamu tahu untuk melindungi dirimu dari sepi. Kamu takut sama spontanitas. Kamu takut lepas kendali. Kamu ingin cinta, tapi takut jatuh cinta. But you know what? Kadang-kadang kamu harus terjun dan basah untuk tahu air, Che. Bukan cuma nonton di pinggir dan berharap kecipratan.
  • Che :Oke, Miss Freud saya juga punya analisis tentang kamu. Selama ini, kamu mengisi kekosonganmu dengan sibuk mengisi kekosongan orang lain.Saking kamu sibuk sendiri, mereka nggak pernah diberi kesempatan untuk mengisimu balik. Jadi wajar aja kalau nggak satu pun dari mereka bisa memuaskan kamu. Kamu selalu merasa ada yang kurang. Tadinya saya pikir dunia ini nggak adil, Starla. Ternyata saya salah. Dunia ini adil. Cause you know what? Ke mana-mana kamu selalu kelihatan berdua. Tapi sebenarnya kamu sendiri. Selalu sendiri.
  • Che :Nah kembali ke analogimu tentang air itu, kamu memang terjun ke air. Tapi kamu pakai baju selam.
  • Starla :Kamu benar. Ternyata kita sama, Che. Aku dan kamu sama-sama manusia kesepian. Bedanya, aku mencari. Kamu menunggu. 
 Just post my favorite part on Madre - Menunggu Layang-Layang ; Dewi 'dee' Lestari's novel :)

Tidak ada komentar: